Langsung ke konten utama

Layangan

HIDUP ITU MEMILIKI FASE YANG SAMA



Masih inget? dulu waktu masih kecil suka banget main layangan. Di lapangan yang luas, lo pegang tali senar, pandangan lo cuma fokus sama satu, cuma sama layangan yang lo punya. Lo berharap layangan itu bisa terbang, tapi lo nggak mau nglepasin tali senarnya, lo berharap layangan itu terbang paling tinggi dibanding milik teman-teman lo. Tapi ketika lo nggak sadar, karena keinginan lo itu, layangan yang tadinya bisa lo kendalikan, bisa lo genggam, sekarang, tali senarnya udah putus. Dan layangan itu benar-benar bisa terbang tinggi dibanding yang lain. Tapi entah apa yang suka lo pikirkan, lo bakal kejar layangan putus itu, bahkan lo rela buat masuk selokan, lari-lari keliling kampung, nabrak ayam tetangga, manjat pohon, tapi seketika itu, hati lo berbisik, " udah relain aja layangannya, pasti mama bakal kasih yang baru". Dan semua pengorbanan lo tadi berhenti, dan lo perlahan bakal lupa sama layangan putus itu, karena seiring berjalannya waktu mama lo bakal kasih layangan yang baru.

Itu terjadi juga di kehidupan lo yang bertambah dewasa. Sekarang mungkin urusannnya kelihatan lebih runyam juga susah buat diselesaikan.Tapi sebenarnya semua memiliki pola yang sama. Persoalan tentang perasaan misalnya. Pertama-tama lo punya seseorang yang selalu ada di genggaman lo, tapi karena jarak yang memang tak dapat dikendalikan, perlahan-lahan lo kehilangan dia. Seperti halnya senar layangan yang putus. Awalnya memang belum terasa kalau ternyata dia sudah pergi, lo masih bisa mengejarnya, masih bisa mencari-carinya, tapi itu semua gaada gunanya. Lo ngejar dia, tapi perlahan-lahan juga dia melangkah meninggalkanmu. Lo selalu berusaha buat menggenggam dia lagi, lo udah melakukan apa aja, tapi semua itu benar-benar gaada artinya karena kini dia udah semakin jauh, dia udah gaada rasa lagi buat kamu. Dan sekarang yang harus kamu lakukan adalah merelakan yang pergi tuk pergi, melepas apa yang sudah tak ingin digenggam, meninggalkan apa yang sudah meninggalkanmu. Itu sama beratnya ketika perlahan-lahan lo merelakan layangan putus. Bedanya kalau dulu kamu berurusan sama layangan, kalau sekarang dengan perasaan. Dan yang perlu lo sadari, tak selamanya yang ada di dekatmu bisa menjadi lebih baik.Dan bisa saja kamu yang bakal jadi lebih buruk kalau terus bersamanya. Mungkin di luar sana dia bisa lebih bahagia. Cukup percaya bahwa kamu akan segera mendapatkan gantinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I LOVE YOU TODAY

Jujur aku merasa bahagia bisa membagi waktuku denganmu Aku bisa merasa bahagia karena hal kecil yang kau beri Rasanya tak ingin ku menyesali keputusan ini   Kebaikan yang terlihat darimu membuat aku ingin selalu tersenyum Memang kau bukan makhluk sempurna, namun aku merasa lebih baik bila di dekatmu   Aku merasa senang, Tapi aku tak ingin terlalu mencintaimu, karena aku takut. .  Aku takut kelak akan sangat membencimu Rasa benci menjadi hal yang tak ku inginkan Rasa benci bagai hal yang menakutkan   Ku harap cinta yang ada, takkan pernah berubah menjadi rasa benci Ku harap semua hal yang kau beri takkan pernah hilang Perhatian, sayang, senyuman,dan kebaikan Semua itu akan berkurang tapi ku mohon jangan hilangkan  

Angkuh

Terkadang aku merasa begitu angkuh dengan rasa yang ku miliki Aku memang bodoh .. Memang perhatianmu tak seperti apa yang selalu aku inginkan Tapi aku sadar ternyata kamu telah berusaha mengerti diriku yang terlalu susah dimengerti Aku memang angkuh.. Aku merasa, akulah yang paling perhatian, akulah yang selalu membuatmu bahagia Tetapi ternyata aku salah. . Ternyata banyak perhatian yang engkau berikan yang selalu membuatku terenyum Dan terkadang akulah yang tak menyadarinya Maafkan aku jika selama ini aku tak bisa membuatmu selalu tersenyum Maafkan aku karena aku sempat membuatmu kecewa Maafkan aku karena tak banyak yang bisa ku lakukan untukmu Terkadang aku merasa. .. Pantaskah aku di sampingmu? Pantaskah aku untuk mendapat semua perhatian tulusmu?

Aku Mulai Sadar Ternyata Aku Salah

Jikalau dulu aku mengatakan "iya" salah satu alasan terkuat aku mengatakannya adalah aku ingin merubahnya menjadi lebih baik. Dengan sedikit rasa angkuh yang terbesit di dalam hati-sampai tak terasa bahwa aku tengah berada di bawah perasaan sombong-aku mengatakan "ya" dengan tekad yang bulat dengan harapan yang mantap bahwa dia pasti bisa berubah di dekatku. Hari-hari berlalu, benar bahwa aku melihat dia menjadi sosok yang baik menurutku. Aku ajarkan dia hal-hal yang kebaikan yang mendekatkan dia pada Allah. Namun ternyata aku salah. Aku yang sombong ini menganggap bahwa aku berhasil merubahnya. Setelah semuanya berlalu barulah aku menyadarinya, bahwa ternyata manusia tak ada kuasa sedikitpun untuk merubah orang lain. Kita ternyata hanya memiliki kewajiban untuk mengingatkan dan menyampaikan perintah Allah, selebihnya adalah kuasa Allah. Allah lah pemilik hati manusia. Dialah yang membolak balikkan hati manusia. Sejak saat itu bertambah satu kesadaranku bahwa ...