Langsung ke konten utama

Ketika Jenuh

Suketi senang sekali memakai sepatu sneakersnya yang berwarna hitam dengan tali abu-abu, sangat sederhana dan nyaman. Hampir setiap hari Suketi memakainya. Kini sepatu sneakers  itu terlihat sudah usang. Suatu hari, ketika jalan-jalan, ia melihat ada higheels berwarna merah, yang tingginya 3,5  meter inch, terlihat menawan, dan mempercantik siapa saja yang memakainya. Suketipun tertarik dan membelinya. Sekarang dia lebih senang mengggunakan highheels barunya. Sneakersnya tergeletak. Suketi memang sedang bosan memakai sneakers itu. Tapi, baru beberapa kali memakai heels, kakinya mulai capek dan luka-luka. Rupanya Suketi tidak cocok memakai heels. Akhirnya, Suketi memilih kembali memakai sneakersnya. Meskipun usang, ia tak pernah melukai Suketi, dan ia selalu membuat Suketi nyaman. Heels merah itu, memang masih cantik dengan warnanya. Tapi ternyata Sukti tak cocok dengannya, dan kini dia hanya bersandar indah di rak sepatu.

Memang terkadang, untuk memenuhi rasa penasaran dengan suatu hal baru, kita meninggalkan apa yang sudah kita miliki. Seperti yang dilakukan Suketi.  Saat itu, pastilah kita sedang jenuh. Merasa lelah dengan apa yang ada dan memerlukan sesuatu yang lebih sempurna. Ketika jenuh, pikiran dan perasaan selalu mencari-cari pelampiasan. Terkadang  membuat kita ingin melakukan, menemukan, merasakan sesuatu yang baru. Dan yang baru, selalu membawa kesan lebih membahagiakan dan membawa kita untuk mencari tahunya.

Tapi kebanyakan yang terjadi, bukan mendapat suasana yang membahagiakan, malah mendapat suasana yang tak lebih indah dari yang kita miliki dulu. Ujungnya peyesalan. Itu sering terjadi. Karena kebahagiaan itu hanyalah kesan, tak semua yang baru itu nyata bahagia dan lebih indah.
Saat kita merasa jenuh, kita hanya perlu waktu untuk melihat lagi, apa yang kita punya, mencoba menghargai apa dan siapa yang ada di dekat kita. Bagiku, mensyukuri apa yang kita punya  adalah cara terbaik untuk mengatasi kejenuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I LOVE YOU TODAY

Jujur aku merasa bahagia bisa membagi waktuku denganmu Aku bisa merasa bahagia karena hal kecil yang kau beri Rasanya tak ingin ku menyesali keputusan ini   Kebaikan yang terlihat darimu membuat aku ingin selalu tersenyum Memang kau bukan makhluk sempurna, namun aku merasa lebih baik bila di dekatmu   Aku merasa senang, Tapi aku tak ingin terlalu mencintaimu, karena aku takut. .  Aku takut kelak akan sangat membencimu Rasa benci menjadi hal yang tak ku inginkan Rasa benci bagai hal yang menakutkan   Ku harap cinta yang ada, takkan pernah berubah menjadi rasa benci Ku harap semua hal yang kau beri takkan pernah hilang Perhatian, sayang, senyuman,dan kebaikan Semua itu akan berkurang tapi ku mohon jangan hilangkan  

Angkuh

Terkadang aku merasa begitu angkuh dengan rasa yang ku miliki Aku memang bodoh .. Memang perhatianmu tak seperti apa yang selalu aku inginkan Tapi aku sadar ternyata kamu telah berusaha mengerti diriku yang terlalu susah dimengerti Aku memang angkuh.. Aku merasa, akulah yang paling perhatian, akulah yang selalu membuatmu bahagia Tetapi ternyata aku salah. . Ternyata banyak perhatian yang engkau berikan yang selalu membuatku terenyum Dan terkadang akulah yang tak menyadarinya Maafkan aku jika selama ini aku tak bisa membuatmu selalu tersenyum Maafkan aku karena aku sempat membuatmu kecewa Maafkan aku karena tak banyak yang bisa ku lakukan untukmu Terkadang aku merasa. .. Pantaskah aku di sampingmu? Pantaskah aku untuk mendapat semua perhatian tulusmu?

Aku Mulai Sadar Ternyata Aku Salah

Jikalau dulu aku mengatakan "iya" salah satu alasan terkuat aku mengatakannya adalah aku ingin merubahnya menjadi lebih baik. Dengan sedikit rasa angkuh yang terbesit di dalam hati-sampai tak terasa bahwa aku tengah berada di bawah perasaan sombong-aku mengatakan "ya" dengan tekad yang bulat dengan harapan yang mantap bahwa dia pasti bisa berubah di dekatku. Hari-hari berlalu, benar bahwa aku melihat dia menjadi sosok yang baik menurutku. Aku ajarkan dia hal-hal yang kebaikan yang mendekatkan dia pada Allah. Namun ternyata aku salah. Aku yang sombong ini menganggap bahwa aku berhasil merubahnya. Setelah semuanya berlalu barulah aku menyadarinya, bahwa ternyata manusia tak ada kuasa sedikitpun untuk merubah orang lain. Kita ternyata hanya memiliki kewajiban untuk mengingatkan dan menyampaikan perintah Allah, selebihnya adalah kuasa Allah. Allah lah pemilik hati manusia. Dialah yang membolak balikkan hati manusia. Sejak saat itu bertambah satu kesadaranku bahwa ...