-sebelum kamu berpindah- |
Satu atap yang akan menaungi ribuan kisah tiap tahunnya.
Atap yang tetap berdiri kokoh, menaungi penghuninya yang tiap tahun berganti. Atap sekolah, memang selalu indah untuk kita berada di bawahnya, dia saksi bisu
atas semua rangkaian kisah saat kita berseragam menuntut ilmu.
Pandang saya pada atap sekolah selalu memilliki arti, bisa
saja saya katakan, dia adalah kawan saya yang setia. Atap sekolah pasti tak
lupa bagaimana nakalnya saya dahulu. Saya yang suka tidur di kelas, saya yang suka terlambat, dan saya yang sering tidak mengerjakan tugas.
Di bawahnya ada mereka, mulai dari yang malu-malu untuk berkenalan, sampai
mereka yang diam-diam memojok di sudut koridor-koridor. Atap sekolah memang
menaungi semua kisah tanpa pandang bulu, kisah bahagia, canda, sampai kisah
yang mengharu biru.
Kehidupan di sekolah memang selalu punya tempat tersendiri
untuk saya kenang. Di sana tempat saya menemukan teman-teman yang luar biasa.
Saling bertukar pikiran, saling berbagi rasa, dan saling menguatkan. Mungkin
umur semasa sekolah bisa dibilang umur yang masih penuh dengan kebimbangan.
Beda waktu saja kita bisa berubah pikiran. Walaupun seragam sudah sampai putih
abu-abu namun naluri kekanak-kanakan masih bisa ditemui. Namun dari pertamanan semasa sekolah, kita bisa disulap
seketika menjadi sedikit lebih dewasa.
Terkadang ketika terbayang kisah saat di bawah atap sekolah membuat saya
tersenyum-senyum sendiri. Saat saya bahagia dan dengan nada yang menggebu-gebu
bercerita dengan sahabat saya, saat saya dengan gelak tawa ditengah candaan
teman-teman saya, saat saya bahagia dengan teman dekat saya, saat saya menangis
tersedu-sedu di bahu sahabat saya, pasti atap sekolah tahu itu semua. Mungkin
terkadang kata-kata ala orangtua bisa terucap dari mulut bocah ini saat
menguatkan sang sahabat, lalu di waktu yang tak terlalu lama mata cengeng ini
menangis tersedu-sedu. Mungkin saat itu atap sekolah menertawakan saya,
bagaimana bisa emosi berubah sebegitu cepat.
Atap sekolah, dahulu menjadi satu alasan untuk saya bisa
menemui seseorang. Saya tak pernah sedih saat liburan panjang tiba, takut tak
bisa melihatnya, saya acuh dengan hal tersebut, karena saya masih memiliki atap
sekolah yang sama dengannya. Atap sekolah mungkin juga memergoki muka tegang
saya saat berpapasan melepas pandang dengannya di koridor sekolah. Entah apa
yang ingin dikatakan atap sekolah pada saya, karena betapa kelunya saya yang
tak bisa berkata-kata dengannya, bahkan untuk menyapanya saya tak pernah bisa.
Dua atap sekolah saya sama dengannya. Mungkin dua atap itu
saling membicarakan saya dengan kelakuan aneh saya. Di bawah dua atap sekolah dengan kisah yang hampir serupa,
dan masih dengan orang yang sama, saya simpan semuanya. Bahkan sampai sekarang.
Kini tak ada lagi atap sekolah yang sama. Sudah tak ada lagi
alasan saya bisa menemuinya atas nama sekolah. Kini bukan liburan panjang yang
memisahkan, tapi waktu yang sudah mengharuskan semuanya berpindah. Berpindah ke
lain atap. Membuat saya dengannya berada di bawah naungan yang berbeda. Karena
sekolah kita memang tak sama lagi. Saya tidak tahu di atap yang manakah Allah
akan mempertemukan saya dengannya. Semoga jika saat itu terjadi, semuanya sudah
jadi lebih baik dan lebih membahagiakan.
Komentar
Posting Komentar